Jumat, 15 Mei 2009

Coding Kalkulator

Private Sub CmdBagi_Click()

Text3.Text = Text1.Text / Tex2.Text

End Sub

Private Sub CmdHapus_Click()

Text1.Text = ""

Text2.Text = ""

Text3.Text = ""

Text1.SetFocus

End Sub

Private Sub CmdInt_Click()

Text3.Text = Text1.Text \ Text2.Text

End Sub

Private Sub CmdKali_Click()

Text3.Text = Text1.Text * Text2.Text

End Sub

Private Sub CmdMod_Click()

Text3.Text = Text1.Text Mod Text2.Text

End Sub

Private Sub CmdPangkat_Click()

Text3.Text = Text1.Text ^ Text2.Text

End Sub

Private Sub CmdPlus_Click()

Text3.Text = Text1.Text + Text2.Text

End Sub

Private Sub CmdSelesai_Click()

End

End Sub



Sistem Kalkulator


Private Sub CmdBagi_Click()

Text3.Text = Text1.Text / Tex2.Text

End Sub

Private Sub CmdHapus_Click()

Text1.Text = ""

Text2.Text = ""

Text3.Text = ""

Text1.SetFocus

End Sub

Private Sub CmdInt_Click()

Text3.Text = Text1.Text \ Text2.Text

End Sub

Private Sub CmdKali_Click()

Text3.Text = Text1.Text * Text2.Text

End Sub

Private Sub CmdMod_Click()

Text3.Text = Text1.Text Mod Text2.Text

End Sub

Private Sub CmdPangkat_Click()

Text3.Text = Text1.Text ^ Text2.Text

End Sub

Private Sub CmdPlus_Click()

Text3.Text = Text1.Text + Text2.Text

End Sub

Private Sub CmdSelesai_Click()

End

End Sub



Selasa, 05 Mei 2009

Penilaian Kerja



KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan InayahNya, sehingga Makalah ini dapat diselesaikan. Adapun maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).

Makalah ini penulis mengambil pokok permasalahan yang di beri judul “ Penilaian Kerja”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik penulisannya maupun isinya, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan penglaman yang penulis miliki. Namun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian penulis sangat berharap makalah ini manfaat dan masukan yang positif bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Bandung, Mei 2009


BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin pesat pada dewasa ini terutama dalam bidang teknologi menjadikan menurunnya penggunaan tenaga manusia dalam bidang industri. Dengan diketemukannya mesin-mesin serta penggunaanya telah mendesak fungsi dari tenaga manusia di dalam kerja. Sekalipun demikian tenaga manusia tetap memegang peranan yang cukup penting. Betapapun sempurnanya peralatan dan mesin mesin kerja suatu perusahaan namun tetap dibutuhkan tenaga manusia didalam mencapai tujuan perusahaan.

Pengertian manajemen sumber daya manusia atau manajemen personalia menurut Edwin B. Flippo (1990 : 5);

Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.

Sumber daya manusia merupakan sumber daya organisasi selain sumber daya alam dan sumber daya modal. Sumber daya manusia harus dikelola dengan hati-hati, karena masing-masing manusia mempunyai cipta, rasa dan karsa yang membentuk sikap, sikap inilah yang kemudian mendasari manusia dalam tingkah laku dan perbuatan manusia sehari-harinya. Dalam uraian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor sumber daya manusia ternyata cukup berperanan dalam mencapai hasil sesuai dengan tujuan perusahaan.

Penilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. Menurut Bernardin dan Russel ( 1993 : 379 ) “ A way of measuring the contribution of individuals to their organization “. Penilaian kinerja adalah cara mengukur konstribusi individu ( karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja.

Job insecurity adalah suatu keadaan yang tidak nyaman dan rancu yang dialami para pekerja yang di sebabkan berbagai perubahan yang terjadi dalam organisasi, gelisah dan tidak nyaman karena potensi perubahan untuk mempengaruhi kondisi kerja dan kelanjutan hubungan serta balas jasa yang diterima dari organisasi, yang disebsbkan karena kepailitan yang dialami oleh perusahaan.Persepsi terhadap penilaian kerja adalah pemberian arti terhadap penilaian kerja yang timbul setelah melalui proses fisiologis dan psikologis sebagai faktor individual dan menyertakan lingkungan (objek persepsi) sebagai lingkungan social. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap penilaian kerja dengan job insecurity. hypothesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara persepsi terhadap penilaian kerja dengan job insecurity.

Istilah prestasi mengandung berbagai macam pengertian. Prestasi dapat ditafsirkan sebagai “arti penting suatu pekerjaan”; “tingkat keterampilan yang diperlukan”; “ kemajuan dan tingkat penyelesaian “ dari suatu pekerjaan. Penilaian prestasi kerja merupakan pengawasan terhadap kualitas personal. Menurut T. Hani Handoko (1995 : 135) penilaian prestasi kerja adalah “proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan ”

Dengan demikian diharapkan operasi perusahaan berjalan dengan lancar dan tepat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Masalah yang kemudian timbul adalah Penilaian kerja menyebabkan pelaksanaan kerja yang lebih baik ataukah sebaliknya, kerja yang baik menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi. Banyak pendapat yang mengemukakan bahwa kepuasan kerja ditimbulkan oleh prestasi kerja. Kerja yang baik akan memberi penghargaan yang tinggi. Dilain pihak, bila penghargaan yang dipandang tidak cukup akan suatu tingkat prestasi kerja akan menurunkan kepuasan kerja.



BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Penilain Kerja

Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja.
Pengertian Kinerja Kinerja dalam
organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan / instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan–kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda–tanda peringatan adanya kinerja yang merosot.

Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) “Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Kemudian menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) “Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”. Maluyu S.P. Hasibuan (2001:34) mengemukakan “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.

Menurut John Whitmore (1997 : 104) “Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang,kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum ketrampikan”.

Menurut Barry Cushway (2002 : 1998) “Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang telah ditentukan”.

Menurut Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah : “ merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”.

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson Terjamahaan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001 : 78), “menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan”.

John Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997 : 104) “kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan”. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negative dari suatu kebijakan operasional. Mink (1993 : 76) mengemukakan pendapatnya bahwa individu yang memiliki kinerja yang tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi, (b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian diri, (d) kompetensi.

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:

1.Kemampuan mereka,

2.Motivasi,

3.Dukungan yang diterima,

4.Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan

5.Hubungan mereka dengan organisasi.

Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain :

a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.

b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal. David C. Mc Cleland (1997) seperti dikutip Mangkunegara (2001 : 68), berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja.

Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi yaitu :

1) Memiliki tanggung jawab yang tinggi

2) Berani mengambil resiko

3) Memiliki tujuan yang realistis

4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan.

5) Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukan.

6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogamkan Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja :

1)Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.

2)Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja 3)Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan (reward system).

Penilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. Menurut Bernardin dan Russel ( 1993 : 379 ) “ A way of measuring the contribution of individuals to their organization “.

Penilaian kinerja adalah cara mengukur konstribusi individu ( karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja.

Menurut Cascio ( 1992 : 267 ) “penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok”.

Menurut Bambang Wahyudi ( 2002 : 101 ) “penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja / jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya”.

Menurut Henry Simamora ( 338 : 2004 ) “ penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.



2.3. Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Syafarudin Alwi ( 2001 : 187 ) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development yang bersifat efaluation harus menyelesaikan : 1.Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi 2.Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision 3.Hasil penilaian digunakan sebagai dasar meengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan :

1.Prestasi riil yang dicapai individu

2.Kelemahan- kelemahan individu yang menghambat kinerja

3.Prestasi- pestasi yang dikembangkan.

Manfaat Penilaian Kinerja Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah :

1.Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

2.Perbaikan kinerja

3.Kebutuhan latihan dan pengembangan

4.Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.

5.Untuk kepentingan penelitian pegawai

6.Membantu diaknosis terhadap kesalahan desain pegawai


BAB III

PEMBAHASAN

    1. Penilaian Kerja Pada Perusahaan

PT. Pandu Dayatama Patria (PDP) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi komponen alat berat yaitu hydraulic cylinder dan piping. Saat ini, PT. Pandu Dayatama Patria sudah melakukan penilaian prestasi kerja tetapi pihak manajerial berpendapat bahwa metode penilaiannya masih berunsur subyektif, karena jika dilihat dari hasil penilaian yang diberikan penilai selama ini bersifat central tendency, dalam arti memberikan peringkat semua karyawan dengan cara yang sama, seperti memberikan peringkat rata-rata kepada semuanya. Hal ini disebabkan karena belum adanya standar penilaian untuk masing-masing kriteria. Standar penilaian yang dimaksudkan disini adalah keterangan/penjelasan untuk skala yang baik, cukup, ataupun kurang. Penyebab lainnya adalah yang bertugas menilai hanya supervisor padahal supervisor tidak selalu berada di lantai produksi sehingga tidak tahu secara rinci perilaku kerja dari para karyawan serta sifat penilaian yang digunakan perusahaan adalah tertutup.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan perbaikan terhadap sistem penilaian prestasi kerja yang lama digunakan perusahaan. Awalnya dilakukan identifikasi terhadap kriteria penilaian, dengan cara menggabungkan kriteria sistem penilaian prestasi kerja yang lama dengan kriteria penilaian Maynard, dan didapatkanlah 11 kriteria yang akan dijadikan sebagai kriteria penilaian usulan. Setelah itu, dilakukan perancangan sistem penilaian prestasi kerja usulan. Instrumen penilaian yang digunakan dalam perancangan sistem penilaian prestasi kerja usulan ini adalah metode BARS (Behaviorally Anchored Rating Scale), dimana metode penilaian ini mempunyai 5 skala penilaian pada tiap kriterianya. Sistem penilaian prestasi kerja usulan ini kemudian diimplementasikan pada karyawan magang dan kontrak yang masa kerjanya berakhir pada bulan November, dan hasilnya adalah diberikannya perpanjangan kontrak kerja kepada ketiga karyawan yang berstatus kontrak, dan tidak diberikannya perpanjangan kontrak untuk satu orang karyawan yang berstatus karyawan magang, padahal hasil implementasi sistem penilaian yang lama adalah diberikannya perpanjangan kontrak kepada semua karyawan yang dinilai. Setelah mengetahui hasil implementasi, maka dapat dibandingkan antara sistem penilaian prestasi kerja yang lama dengan usulan. Sistem penilaian yang lama formulirnya lebih sedikit dibandingkan sistem usulan, tetapi jumlah kriterianya lebih banyak dibandingkan sistem usulan, serta sistem usulan sudah mempunyai penjelasan masing-masing skala penilaiannya sedangkan sistem penilaian yang lama belum mempunyai penjelasan masing-masing skala penilaiannya. Sistem penilaian yang lama hanya menggunakan 1 orang penilai, sedangkan sistem penilaian usulan menggunakan 2 orang penilai. Sifat penilaiannya juga dapat dibandingkan, karena sifat penilaian sistem yang lama adalah tertutup dan sifat penilaian sistem usulan adalah terbuka dan rahasia.


BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Setelah Menganalisa proses penilaian kerja pada PT. Pandu Dayatama Patria (PDP), maka dapat disimpulkan bahwa penilaiannya akan diuraikan seperti dibawah ini :


4.1. Dimensi Prestasi Penilaian Kerja


Sesuai dengan analisis dimensi penilaian prestasi kerja yang diinginkan dalam penelitian ini, maka tidak semua proses penilaiannya yang telah disebutkan sebelumnya dilibatkan, akan tetapi dibatasi pada proses penilaian perilaku (behavioral). Hal ini merupakan tahapan yang sebelumnya menggunakan skala penilaian, yaitu memformulasikan terlebih dahulu faktor-faktor dari sifat dan karakteristik pekerja ke dalam bentuk perilaku yang dapat diukur. Dimensi penilaian sifat dan karakteristik pekerja yang digambarkan ke dalam bentuk perilaku yang dapat diukur tersebut dapat diklasifikasikan menurut penjelasan maupun contoh yang diambil dari beberapa sumber bacaan antara lain :


1. Ahmad S. Ruky dalam bukunya Sistem Manajemen Kinerja (2002: 47-48) menyebutkan bahwa ada enam karakteristik kepribadian atau disebut juga sebagai karakteristik inti yang berlaku bagi semua orang yang bekerja diperusahaan perbankan, yaitu : teliti, akurat, taat aturan dan prosedur, gesit/cepat, penuh konsentrasi, dan ramah/sopan.
2. Gomez-Mejia, Balkin, dan Cardy, dalam bukunya Managing Human Resource (2001:229) menyebutkan empat karakteristik, yaitu: decisiveness (ketegasan), reliability (dapat dipercaya/diandalkan),energy (kekuatan/daya kerja), dan loyality (loyalitas).
3. Noe, A. et.al., (2000:286) di dalam bukunya Human Resource Management menyebutkan ada sepuluh faktor penilaian terkait dengan dimensi prestasi kerja, yaitu: knowledge (pengetahuan), Communication (komunikasi), Judgment (keputusan), Managerial skill (keterampilan manajerial), Quality performance (kualitas prestasi kerja), teamwork (kerja sama), interpersonal skill (keterampilan hubungan antar karyawan), initiative (inisiatif), creativity (kreatifitas), problem solving (pemecahan masalah).

4. Bittel dan Newstrom (1996) di dalam bukunya yang berjudul What EverySupervisor should Know atau yang telah diterjemahkan ke dalam Indonesia dengan judul Pedoman Bagi Penyelia disebutkan ada delapan faktor prestasi kerja, yaitu: mutu pekerjaan, kuantitas pekerjaan, keandalan, sikap, inisiatif, kerumah-tanggaan, kehadiran, potensi pertumbuhan dan kemajuan.
5. As’ad di dalam bukunya Psikologi Industri (1991:27) menyebutkan empat kriteria karakteristik prestasi kerja, yaitu: pengetahuan kerja, motivasi, hubungan antar individu, dan supervisi. Dari beberapa pendapat di atas, ada 29 dimensi penilaian prestasi kerja yang terkait dengan sifat kepribadian, perilaku, dan hasil kerja yang berhubungan dengan pekerjaan sehingga dapat dianalisis untuk disesuaikan dengan cara kerja atau operasional perusahaan. Sebagai contoh di satu perusahaan perbankan memiliki dimensi penilaian prestasi kerja sebagai berikut:


1. Pencapaian (Achievment)

Pada tahap pencapaian ini, seorang karyawan akan dinilai tingkat prestasi kerjanya pada factor yang berkaitan dengan :


a.Transaksi harian yang meliputi ketelitian, kecepatan, keramahan, dan keakuratan di dalam menyediakan kebutuhan data dan melakukan jurnal transaksi.
b.Pelayanan kepada nasabah sesuai dengan prosedur yang berlaku.
c. Implementasi budaya sifat, antara lain : pembelajaran, tawakkal (doa), code of conduct,
dan ceramah instropeksi diri.


2. Kemampuan (Capacity)

Pada tahap kemampuan, prestasi kerja seorang karyawan dinilai menurut faktor kualitas kerja, keandalan, pemecahan masalah, dan inisiatif.
a. Kualitas kerja merupakan evaluasi ketepatan, kelengkapan dan kerapian pekerjaan yang diselesaikan.
b. Keandalan merupakan evaluasi kemampuan dan daya tahan kerja dalam mengontrol
keseriusan bekerja serta kemauan keras dalam jenjang karir.
c. Pemecahan masalah merupakan evaluasi kemampuan yang dapat mengatasi masalah-
masalah pekerjaan tanpa menimbulkan permasalahan lain dan seterusnya.
d. Inisiatif merupakan evaluasi kemampuan mengenali masalah dan mengambil
tindakan korektif serta memberikan saran-saran untuk peningkatan kerja.

3. Perilaku dan Hubungan Kerja
Pada tahap perilaku dan hubungan kerja, seorang karyawan dinilai prestasi kerjanya melalui faktor kerjasama, komunikasi, dan kedisiplinan.
a. Kerjasama merupakan evaluasi perilaku kerja aktif dengan segala kemampuan dan keahliannya untuk saling mendukung dalam tim kerja agar dapat memperoleh hasil kerja yang maksimal serta menerima dan menjalankan keputusan yang diambil secara sah.
b. Komunikasi merupakan evaluasi perilaku penyampaian pesan maupun informasi secara singkat dan jelas sehingga dapat dipahami dan ditindaklanjuti secara benar.
c. Kedisiplinan merupakan evaluasi kuatnya perilaku di dalam mematuhi peraturan yang berlaku, mengetahui hak dan kewajiban kerja, termasuk didalamnya disiplin masuk kerja kecuali hal-hal yang memperbolehkan tidak masuk kerja.

Jadi penilaian kerja pada. PT. Pandu Dayatama Patria dimabil dari beberapa konsep dan criteria yang telah disebutkan dan dijelaskan diatas. Dan Sifat penilaiannya juga dapat dibandingkan, karena sifat penilaian sistem yang lama adalah tertutup dan sifat penilaian sistem usulan adalah terbuka dan rahasia. Sehingga dapat memotivasi para karyawan untuk lebih giat lagi dalam bekerja.



BAB V

KESIMPULAN

Setelah Menganalisa dan menyimak permasalahan yang ada dalam pembahasan ini adalah :

Penilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. Menurut Bernardin dan Russel ( 1993 : 379 ) “ A way of measuring the contribution of individuals to their organization “.

Menurut Bambang Wahyudi ( 2002 : 101 ) “penilaian kinerja adalah suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja / jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya”.

Menurut Henry Simamora ( 338 : 2004 ) “ penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.

Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Syafarudin Alwi ( 2001 : 187 ) secara teoritis tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development yang bersifat efaluation harus menyelesaikan :

1.Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi

2.Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision

3.Hasil penilaian digunakan sebagai dasar meengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan :

1.Prestasi riil yang dicapai individu

2.Kelemahan- kelemahan individu yang menghambat kinerja

3.Prestasi- pestasi yang dikembangkan.

Manfaat Penilaian Kinerja Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah :

1.Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

2.Perbaikan kinerja

3.Kebutuhan latihan dan pengembangan

4.Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.

5.Untuk kepentingan penelitian pegawai

6.Membantu diaknosis terhadap kesalahan desain pegawai


Penilaian Prestasi Kerja

(Vibizmanagement - HR) - Penilaian prestasi kerja dapat terpenuhi apabila penilaian mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job related) dan adanya standar pelaksanaan kerja (performance standar). Agar penilaian dapat dilaksanakan secara efektif,maka standar penilaian hendaknya berhubungan dengan hasil-hasil yang diinginkan setiap pekerja.

Jadi Banyak sekali yang dapat disimpulkan dari kriteria penilaian kerja ini. Dan PT. Pandu Dayatama Patria (PDP) mengambil konsep dan criteria yang sama dari beberapa pendapat yang telah disebutkan diatas.















Membentuk Pribadi-Pribadi yang Utuh

Nampak Utuh Tetapi Rapuh (Suatu Tinjauan Psikologis Terhadap Keluarga)

Penulis/Narasumber : Dr. Sutarto Wijono, M.A.


Pengantar:

Manusia di satu sisi disebut sebagai makhluk individu, artinya manusia adalah pribadi yang unik dan berbeda satu dengan yang lainnya, walaupun ia kembar identik yaitu serupa tetapi tidak sama persis. Tetapi di sisi lain, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial karena ia tidak dapat lepas dari ikatan hubungan dan interaksinya dengan individu yang lain. Justru karena adanya ikatan hubungan dan interaksi inilah, membuat manusia melakukan hubungan antar pribadi yaitu hubungan antara pria dengan pria, wanita dengan wanita, dan pria dengan wanita. Hubungan antara pria dan wanita yang pada awalnya hanya bersifat sebagai teman biasa, berlanjut menjadi sahabat, yang kemudian menjadi teman dekat.

Seandainya, hubungan teman dekat antar pribadi, antara laki-laki dan wanita, tersebut terus berkembang maka mereka masing-masing mulai saling membuat komitmen untuk membina hubungan serius yang mereka sebut sebagai pacar (boyfriend/girlfriend). Tahap selanjutnya, mereka juga akan memasuki jenjang yang setingkat lebih maju yaitu pertunangan. Jika proses ini berlanjut secara baik, tentu saja masing-masing mulai mempersiapkan diri untuk meneruskan hubungan mereka lebih serius ke dalam ikatan pernikahan. Pertanyaan yang perlu dijadikan sebagai landasan dalam pernikahan adalah masih ingatkah Saudara-saudara tentang apa yang Saudara ucapkan pada waktu pernikahan Saudara diteguhkan oleh pendeta dan disaksikan oleh para majelis dan jemaat di gereja? Mungkin Saudara saat ini sebagai suami atau istri, sudah lupa atau bahkan melupakannya sehingga Saudara tidak dapat mengingatnya kembali. Saudara mungkin tidak dapat mengingat kembali kalimat janji pernikahan itu, tetapi pertanyaan yang lebih penting adalah apakah Saudara telah mewujudkan makna janji pernikahan yang telah Saudara ucapkan di gereja bersama pasangan Saudara tersebut? Dengan mewujudkan janji pernikahan tersebut secara bersama-sama dengan pasangan Saudara, maka tujuan pernikahan Saudara untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal dapat terwujud saat ini. Untuk memperjelas pernyataan di atas, kali ini, penulis ingin memaparkan topik tentang Nampak Utuh Tetapi Rapuh.

Pengertian Pernikahan/Perkawinan

Apa yang dimaksud dengan pernikahan yang juga disebut sebagai perkawinan itu? Dalam Ensiklopedia Indonesia (t.t.) perkataan perkawinan = nikah, sedangkan menurut Purwadarminta (1976) kawin = perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri; nikah; perkawinan = pernikahan. Selain itu, Hornby (1957) menjelaskan bahwa "marriage the union of two persons as husband and wife". Ini berarti bahwa perkawinan adalah bersatunya dua orang sebagai suami-istri.

Sementara itu, Undang-undang Perkawinan, yang dikenal dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 telah menyebutkan bahwa:

"Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa." (dalam Wantjik, 1976)

Ikatan lahir batin antara pria dan wanita dapat dijelaskan sebagai berikut: Ikatan lahir adalah ikatan yang nampak dan mengikat antara suami dan istri yang telah diatur sesuai dengan Peraturan atau Undang-undang Perkawinan. Kemudian, ikatan batin merupakan ikatan yang tidak nampak secara langsung karena ini merupakan ikatan psikologis. Ikatan ini terwujud tanpa adanya paksaan tetapi berdasarkan hubungan cinta kasih antara suami dan istri. Jika ikatan lahir dan batin ini tidak terwujud dalam perkawinan, maka hal ini dapat menimbulkan masalah yang berakibat pada perceraian dalam keluarga. Selain itu, hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan dikenal sebagai "kumpul kebo" (samen leven) yang seringkali juga dapat menimbulkan masalah.

Tujuan Perkawinan

Perkawinan merupakan salah satu aktivitas manusia. Aktivitas manusia biasanya terkait dengan tujuan termasuk juga perkawinan. Pada dasarnya, perkawinan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh suami dan istri. Oleh karena itu, dalam perkawinan mereka mempunyai tujuan yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal. Keluarga dikatakan bahagia apabila dalam keluarga itu tidak terjadi konflik terus menerus atau ketegangan-ketegangan yang dapat menimbulkan pertengkaran-pertengkaran, sehingga keluarga berjalan "smooth" tanpa goncangan-goncangan yang berarti (free from quarelling). Kebahagiaan itu bersifat subyektif dan relatif. Kebahagiaan subyektif artinya kebahagiaan yang dirasakan oleh seseorang belum tentu berlaku bagi orang lain pula, sedangkan kebahagiaan relatif artinya seseorang karena melakukan aktivitas tertentu yang pada suatu waktu dapat menimbulkan kebahagiaan tetapi di lain waktu mungkin tidak dapat menimbulkan kebahagiaan.

Keluarga kekal mempunyai arti bahwa setiap pasangan dalam keluarga perlu sekali membentuk ikatan perkawinan yang berlangsung seumur hidup dan selama-lamanya. Pasangan suami dan istri akan berpisah dan tidak kekal jika salah satu atau kedua belah pihak meninggal dunia. Dengan kata lain, pemutusan ikatan perkawinan atau perceraian itu tidak diperbolehkan kecuali karena kematian. Oleh karena itu, perceraian amat tidak disarankan dalam hubungan suami dan istri. Namun, perceraian hanyalah merupakan jalan yang terakhir, jika usaha-usaha yang lain memang tidak dapat memberikan jalan keluar yang terbaik.

Tujuan yang hendak dicapai oleh pasangan suami dan istri itu adakalanya berbeda satu sama lain. Tanpa adanya satu kesatuan tujuan di dalam keluarga yang harus dicapai bersama-sama, maka kemungkinan besar keluarga tersebut akan mengalami banyak hambatan yang dapat membuat keluarga tersebut kelihatan utuh dari luar tetapi rapuh di dalamnya. Perilaku yang nampak utuh tetapi rapuh ini dapat dilihat melalui gejala-gejala di antaranya, sering terjadi konflik dan stres, setiap saat terjadi pertentangan dan ketegangan, pertengkaran terus-menerus, berdiam diri dan tidak saling bertegur sapa, berjalan menurut kemauan sendiri-sendiri, acuh tak acuh terhadap persoalan yang dialami oleh pasangannya, mundur dari semua aktivitas gereja, pisah ranjang dan perselingkuhan. Situasi ini dapat memancing keretakan dan menimbulkan perceraian keluarga sehingga keluarga menjadi tidak utuh lagi. Jika terjadi perceraian maka yang menanggung akibatnya adalah anak karena ia akan mengalami trauma atau luka batin sepanjang hidupnya. Anak menjadi kehilangan perhatian dan kasih sayang yang utuh dari kedua orangtuanya, anak bisa mengalami hambatan dan masalah dalam perkembangan pribadi, sosial, emosi dan psikisnya. Selain itu, anak bisa mengalami penurunan dalam prestasi belajarnya.

Kebutuhan Perkawinan

Dalam suatu kesempatan, Maslow (1970) mengemukakan bahwa ada beberapa kebutuhan yang dalam diri manusia. Namun kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia sifatnya hirarkis atau bertahap yaitu suatu kebutuhan akan timbul jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri manusia itu adalah:

  1. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan jasmani yang diperlukan untuk mempertahankan eksistensinya sebagai makluk hidup, misalnya kebutuhan akan makan, minum, seksual dan menghirup udara yang segar.

  2. Kebutuhan psikologis, yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan rasa aman dan jauh dari ancaman, sosial dan cinta kasih, percaya diri dan harga diri serta aktualisasi.

Pada hakikatnya, kebutuhan fisiologis maupun psikologis tersebut menghendaki adanya pemenuhan. Karena segala aktivitas dan perilaku manusia akan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi atau dimengerti oleh manusia, maka situasi tersebut dapat menimbulkan berbagai macam masalah yang dapat mengganggu kehidupan fisologis dan psikologisnya dan membuatnya nampak utuh tetapi rapuh. Suatu contoh, jika kebutuhan seksual antara suami dan istri tidak dapat terpenuhi maka akibatnya mereka dapat mengalami hambatan dan masalah dalam membina kehidupan keluarga. Beberapa perilaku yang nampak dalam gejala-gejala yaitu kedua pihak atau salah satu pihak mulai kurang bersemangat dalam melakukan hubungan seksual, mereka mulai mencari pasangan yang lain yaitu WIL atau PIL atau bisa disebut selingkuh (backstreet) atau "kumpul kebo". Situasi ini diperparah jika kedua belah pihak selalu menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya dan tidak saling terbuka untuk membicarakannya. Contoh yang lain, ada suami dan istri tidak saling menghargai hasil kerja mereka sendiri. Perilaku ini nampak dari gejala-gejala seperti, saling menyalahkan, menyepelekan, mencemooh dan akhirnya mereka bertengkar. Tetapi, bisa juga mereka cenderung berdiam diri dan tidak saling membicarakan satu sama lain tentang apa yang menjadi penyebab masalah mereka. Sehingga dari luar tampak tidak ada masalah yang serius, tetapi bila dilihat lebih dekat ternyata banyak masalah dalam keluarga mereka. Dengan kata lain, dari luar nampak tenang, tetapi bila dilihat dari dalam bergejolak seperti gunung berapi yang hendak meletus karena lubang saluran untuk menyemprotkan lahar panas terlalu kecil, sehingga yang terjadi hanya gumpalan asap dan letupan-letupan yang suaranya bergelora dan bergemuruh.

Komunikasi dalam Perkawinan

Pria dan wanita yang mempunyai pribadi berbeda bila telah bersepakat menyatukan diri dalam perkawinan, maka sebaiknya mereka perlu terus berusaha untuk membangun suatu keluarga yang didambakan oleh kedua pihak. Dalam usaha untuk menjadi keluarga yang didambakan, maka mereka terus-menerus berusaha untuk saling melakukan penyesuaian diri, saling berkorban, saling mengerti, dan hal tersebut harus dihayati oleh suami dan istri secara baik.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka peran komunikasi antara suami dan istri dalam keluarga adalah sangat penting. Mengapa peran komunikasi sangat penting? Karena komunikasi dapat berperan di antaranya: sebagai pencair kebekuan hubungan interaksi antara suami dan istri, meluruskan kesalahpahaman kedua pihak yang bertengkar karena perbedaan agama atau iman, mencegah timbulnya ketidakpuasan di antara keduanya, dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan masing- masing pasangan secara lebih terbuka. Komunikasi dalam keluarga senantiasa perlu terus dibina dan ditingkatkan termasuk mengkomunikasikan adanya perbedaan agama dan iman. Adanya perbedaan agama antara suami mungkin tidak jadi masalah apabila mereka dapat menyesuaian diri. Tetapi, masalah akan muncul dan berkembang ketika anak hadir dalam keluarga. Anak akan ikut ayah atau ibu dalam soal pemilihan agama atau iman? Oleh karena itu, komunikasi pun mempunyai peran yang semakin meningkat. Dengan kata lain, komunikasi mempunyai peran menyatukan hubungan interaksi antara orangtua dan anak. Jika orangtua kurang bijaksana dalam mengkomunikasikan diri mereka dengan anak, maka persoalan akan terus muncul silih berganti. Hal ini terjadi karena keluarga kurang dapat meningkatkan peran komunikasinya dengan meningkatkan hubungan interaksi yang lebih kondusif di antara orangtua dan anak. Dari luar hubungan interaksi dan komunikasi mereka nampak utuh tetapi yang sesungguhnya adalah rapuh. Beberapa perilaku yang dapat diidentifikasi melalui gejala- gejala di antaranya terjadi kebekuan hubungan interaksi antara suami, istri dan anak, suami dan istri sering salah paham dalam mendidik anak, kedua pihak hampir tidak pernah berbicara secara terbuka tentang ketidakpuasan mereka masing-masing, suami dan istri serta anak kurang ada keberanian untuk membicarakan kekuatan dan kelemahan mereka masing-masing secara lebih terbuka.



Suatu Tinjauan Psikologis Terhadap Keluarga

Setiap pria dan wanita yang ingin melangsungkan perkawinan perlu melakukan tinjauan dan pertimbangan secara psikologis agar pasangan tersebut dapat lebih terarah dalam mengkomunikasikan diri untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan mereka dalam membentuk keluarga. Kedua pihak juga diharapkan dapat mengendalikan emosi dan lebih berpikir secara jernih dalam mengkomunikasikan diri untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat menghadapi segala goncangan, rintangan, hambatan dan persoalan atau masalah yang timbul dan silih berganti dalam keluarga mereka. Akhirnya, pasangan akan menjadi lebih bahagia, kekal, utuh dan tidak rapuh. Beberapa tinjauan psikologis terhadap keluarga di antaranya dapat dinyatakan melalui aspek-aspek sebagai berikut:

  1. Kematangan emosi dan pikiran
    Kematangan emosi seseorang akan terkait erat dengan pikirannya. Jika seseorang telah matang dan dapat mengendalikan emosinya, maka orang tersebut dapat berpikir secara jernih, tenang dan lebih obyektif dalam menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupan keluarganya. Contohnya, jika seorang suami mengalami benturan dan ketegangan dengan istrinya, maka ia harus dapat mengendalikan kemarahannya dengan tetap berpikir positif dan jernih, tenang dan obyektif dalam mengemukakan pembelaan, tanpa membabi buta, sehingga ucapan-ucapannya pun tidak lepas kendali karena masih dalam pengendalian dirinya secara matang dan sebaliknya.

  2. Toleransi
    Suami dan istri perlu mengembangkan sikap saling toleransi terhadap pasangannya masing-masing. Jika salah satu pihak merasa kurang dapat melaksanakan komitmen yang sudah dibuat dengan alasan yang kuat, sebaiknya pihak lain tidak memaksakan kehendaknya, apalagi menekan atau mengancam, tetapi sebaliknya diperlukan sikap toleran terhadap kendala yang dihadapi oleh pasangannya dalam keluarga. Contohnya, jika istri merasa kurang "mood" melakukan hubungan seks karena kesehatannya agak terganggu, sebaiknya suami bersikap toleran terhadap perasaan istri. Demikian juga, seandainya istri melihat suaminya sibuk, maka ia berusaha untuk bersikap toleran terhadap kesibukkan suami.

  3. Perhatian
    Munculnya sikap saling perhatian antara suami dan istri karena hadirnya rasa cinta kasih yang menganggap bahwa pasangannya adalah yang terpenting dalam kehidupan keluarga mereka. Saling perhatian yang terjalin di antara suami-istri akan sangat membantu mereka untuk berkembang dan menjadikan seseorang mempunyai daya tarik tersendiri. Contoh, pada waktu suami berangkat ke kantor, istri mempersiapkan keperluan suami baik berupa perlengkapan pakaian maupun sarapan pagi. Sebaliknya, jika istri membutuhkan pergi berbelanja ke pasar atau mall, maka suami seharusnya bersedia untuk mengantar dan mendampinginya.

  4. Pengertian
    Menciptakan hubungan saling pengertian di antara suami dan istri, dapat menjadi salah satu pijakan untuk memahami kekuatan dan kelemahan pasangan masing-masing. Contohnya, jika suami menghendaki istrinya menjadi pengelola keuangan rumah tangga, maka istri perlu mengatur dengan cermat agar tidak timbul masalah di kemudian hari dan sebaliknya. Jika istri mempunyai kebiasaan mengatur kebersihan rumah agar selalu tampak rapi, maka suami pun perlu mengimbanginya. Demikian juga sebaliknya, jika suami mempunyai kebiasaan tidur sambil mendengkur, maka istri perlu memahaminya agar ia dapat menyesuaikan dirinya dan sebaliknya.

  5. Penerimaan
    Sikap menerima terhadap kekurangan sangat perlu, supaya tidak menimbulkan kekesalan. Disamping itu, kekecewaan yang disebabkan kegagalan dan tidak tercapainya harapan dapat merusak suasana rumah tangga jika tidak diterima dengan lapang dada. Contoh, seorang suami yang sudah berusaha keras untuk menopang kehidupan selalu bekerja keras. Namun, usaha kerja keras suami seringkali tidak membuahkan hasil yang nyata untuk menopang kehidupan keluarga. Dalam waktu yang bersamaan jika istrinya terus menerus mengutarakan kekecewaan kepada suaminya, maka lambat laun suaminya menjadi jengkel dan kesal yang akhirnya dapat merusak hubungan kedua belah pihak dalam keluarga. Tetapi, jika istri dapat menerima semua kegagalan yang dihadapi suaminya, maka suaminya pun akan merasa senang karena istrinya bisa memahami kegagalannya, sehingga kedua pihak dapat membangun rumah tangga yang lebih bahagia dan kekal.

  6. Kepercayaan
    Suami dan istri yang saling percaya tanpa menaruh kecurigaan akan membantu memperlancar tercapainya tujuan komunikasi. Pernyataan, pendapat, atau komitmen masing-masing pasangan yang secara meyakinkan dapat dipercaya dan diandalkan, dapat membuat kedua pihak lebih tenang dalam menjalankan aktivitas mereka masing- masing untuk lebih solid dalam membangun rumah tangga. Contohnya, jika kedua pasangan tidak menaruh kepercayaan dan terus menerus curiga satu sama lain, maka akan menghambat tujuan komunikasi yang diharapkan. Akhirnya, dapat menjerumuskan suami dan istri masuk dalam jurang yang semakin tidak nyaman, jauh dari kemesraan, dan komunikasi menjadi terputus karena kedua pihak ingin memuaskan keinginan mereka sendiri.

Kesimpulan

Dalam usaha mencapai keluarga yang bahagia, kekal, utuh dan tidak rapuh, maka pasangan diharapkan mempunyai tujuan yang jelas dan memenuhi kebutuhan yang diharapkan serta menciptakan komunikasi yang kondusif di antara suami dan istri. Tinjauan psikologis dan pertimbangan kematangan emosi dan pikiran, saling toleransi, saling perhatian, saling mengerti, saling menerima, dan saling meningkatkan kepercayaan antara suami-istri dan anak adalah penting dalam kehidupan keluarga terutama dalam mengatasi hambatan dan masalah yang muncul.



DAFTAR KEPUSTAKAAN:

Hornby, A.A.S. Gatenby, M.E. V., Wakefield, M. (1957). The Advanced
Learner` s. Dictionary of Current English. London: University Press.

Howard, J. (1978). Families. New York: Simon and Schuster.

Gilarso, S.J. (1996). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.

Kusnadi, Ev. D. (2005). Pernikahan yang Menuju ... Keharmonisan Optimal. Penerbit/Percetakan: Panca Jaya.

Martinson, F.M. (1970). Family in Society. New York,: Dodd, Mead & Company.

Maslow, A.H. (1970). Motivation and Personality. Second Ed. New York: harper dan Row Publisher.

Poerwadarminta, W.J.S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka.

Sahli, M. (1994). Menuju Rumah Tangga. Harmonis. Pekalongan: Bahagia.

Walgito, B. (1984). Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogya: Andi Offscet.

Wantjik, S.K. (1976). Hukum Perkwinan Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Wright, H. N. (2004). Komunikasi: Kunci penikahan harmonis. Jakarta: PT Gloria Usaha Mulia (GUM).





Integritas Diri


Saya mendapat tugas melakukan interview, dan dari seorang yang saya interview saya mendapat dia berkata saya memiliki, integritas, karena siap menjadi auditor yang handal, dan saya tertarik dengan kata integritas, sedikit pemahaman saya tentang integritas

Kita semua pasti memiliki kelemahan. Persoalannya, tidak semua orang mampu menyadarinya. Malahan kelemahan pribadi seperti sulit menerima kekalahan dan gampang tersinggung acap kali ditutupi dengan pola pembelaan diri atau pola konfrontasi baik secara kasat mata maupun tidak.

Lalu, selain memiliki kelemahan, kita semua pasti memiliki kekuatan, keunggulan atau kelebihan dibandingkan dengan orang lain. Kekuatan tersebut merupakan "modal" yang patut dibanggakan dan disumbangkan bagi orang lain dalam kehidupan sehari-hari.


Pada titik pemahaman ini, apakah kita benar-benar sudah memiliki integritas diri. Apakah kita sudah secara hakiki menjadi pribadi yang utuh? Makna integritas diri perlu kita tegaskan lagi. Pribadi yang utuh niscaya mampu mencintai orang lain dengan cinta agape , karena orang lain adalah sesama makhluk Tuhan. Ia pasti tegas pada nilai atau prinsip sebagai insan beriman.
Juga, ia berani mengakui kelemahan dan kelebihan yang dimilikinya. Jika dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mencintai sesama manusia namun tidak tegas menolak ajakan melakukan kesalahan atau penyimpangan, berarti diri kita tidak berfungsi secara utuh.

Demikian pula sebaliknya, kita tegas terhadap nilai, namun kehilangan cinta, semuanya akan sia-sia. Jika kita bisa mengakui keunggulan kita dan orang lain, tetapi tidak berani mengakui kelemahan kita, akan terjadi ketimpangan dan "cacat" pribadi yaitu tidak seimbang. Maka yang terpenting adalah mencoba menyadari apakah diri kita sudah berjalan secara utuh. Kita seyogiyanya mengkondisikan hati untuk melakukan penyadaran diri dalam diri kita.

Sekali lagi, hakikat pribadi yang utuh mempunyai makna yaitu penyadaran (conscientization) akan keberadaan cinta, ketegasan, kelemahan dan kekuatan yang niscaya diungkapkan, dialami dan dijalani dalam kehidupan bersama.Penyadaran akan unsur-unsur dalam diri kita berarti: kita dengan suasana hati yang tenang menyadari cinta sebagai pusat diri kita, sebagai perekat dalam berrelasi dengan orang lain. Cinta memampukan kita untuk tertarik, bersimpati dan berbela rasa pada orang lain. Dengan cinta kita tidak akan tega Melakukan penyimpangan

Perjalanan hidup ini dan apa yg berada di sekiling kita haruslah berkah. Berkah ialah tersebarnya kebaikan ilahiah ( ketuhanan ) dalam apa yg kita lakukan, dalam apa yg berada di sekitar kita. Kalau sudah penuh dengan kebaikan.¡Ä. Seorang yg telah memiliki integritas diri, memiliki visi hidup yg jelas, akan bisa menapaki jalan hidup ini dengan baik

Kesadaran akan ketegasan bermaknakan tegas terhadap nilai yang kita pegang sebagai orang beriman. Ketegasan tersebut mendorong kita untuk setia pada kebenaran yang kita yakini sebagai insan beriman. Ketegasan berarti mengatakan tidak terhadap kezaliman, kekerasan dan ketidakadilan yang diperlakukan pada dirinya dan orang lain yang ada di sekitarnya.

Ada beberapa tips yang harus dijaga dalam membangun integritas diri Untuk membangun integritas dan karakter yang kokoh, diperlukan 7 kebiasaan yang harus dilakukan secara sadar dan konsisten :
1. Selalu menepati janji
2. Taat asas, tidak plin-plan
3. Komitmen dipegang teguh dan bertanggungjawab
4. satu kata, satu perbuatan
5. Jujur dan terbuka
6. Menghargai waktu
7. Menjaga prinsip dan nilai-nilai yang diyakini

Kesadaran akan kelemahan dan kekuatan mendorong kita untuk berani mengakui kelemahan dan kekuatan kita. Kelemahan kita perbaiki dan kekuatan menjadi sumbangan indah bagi sesama yang lain. Dengan penyadaran integritas diri tersebut, kita akan berani mengakui diri sebagai pribadi utuh.

Integritas diri tidak akan terbentuk kalau dirinya tertarik/tarik- menarik ke segala-arah akibat ingin membentuk jati diri/integritas diri dari suatu konsep yang sudah ada. Pelanggaran atas apa yang diperintahkan hati nurani, berarti pelanggaran terhadap integritas diri kita sendiri.


Black Box and White Box

Kotak hitam Ujian

Juga dikenal sebagai uji fungsional. Sebuah perangkat lunak teknik pengujian internal di mana item pekerjaan yang diuji tidak dikenal oleh para tester. Misalnya, di salah satu kotak hitam uji pada software desain yang tester hanya mengetahui masukan dan apa hasil yang diharapkan dan tidak harus bagaimana program yang tiba di keluaran. Tester yang tidak pernah memeriksa pemrograman kode dan tidak perlu lebih lanjut mengenai program ini selain spesifikasi nya.

Keunggulan dari jenis uji meliputi:

  • Tes ini tanpa prasangka karena perancang dan penguji yang independen satu sama lainnya.

  • Tester yang tidak membutuhkan pengetahuan tentang bahasa pemrograman yang spesifik.

  • Tes ini dilakukan dari sudut pandang pengguna, bukan perancang.

  • Uji kasus dapat dirancang segera setelah spesifikasi yang lengkap.

Yang merugikan dari jenis uji meliputi:

  • Ujian dapat berlebihan jika software perancang telah menjalankan uji kasus.

  • Ujian kasus sulit untuk merancang.

  • Ujian segala masukan streaming yang tidak realistis karena akan mengambil banyak sekali waktu, karena itu, banyak program jalan akan belum dicoba.

Perangkat lunak untuk menyelesaikan pemeriksaan, kedua kotak putih dan kotak hitam tes yang diperlukan



White-box testing

Bandingkan dengan kotak hitam pengujian.

Pengujian kotak putih (alias jelas kotak pengujian, kaca kotak pengujian, pengujian kotak transparan, jelas kotak pengujian atau struktural pengujian) internal menggunakan perspektif sistem untuk desain uji kasus berdasarkan struktur internal. Memerlukan program keterampilan untuk mengidentifikasi semua jalur melalui perangkat lunak.. Tester tes yang memilih untuk melakukan hal masukan melalui jalur kode yang sesuai dan menentukan output. Listrik dalam pengujian perangkat keras, setiap node di sirkuit probed dan dapat diukur; contoh adalah dalam sirkuit tes (ICT).

Sejak ujian didasarkan pada pelaksanaan yang sebenarnya, jika pelaksanaan perubahan, tes mungkin perlu mengubah juga Misalnya kebutuhan ICT update jika nilai komponen berubah, dan perlu diubah / fixture baru jika sirkuit perubahan. This adds financial resistance to the change process, thus buggy products may stay buggy. Automated optical inspection (AOI) offers similar component level correctness checking without the cost of ICT fixtures, however changes still require test updates. Keuangan ini menambahkan perlawanan terhadap perubahan proses, sehingga produk buggy Mei tinggal buggy. Automated optik inspeksi (AOI) menawarkan tingkat komponen serupa benar memeriksa tanpa biaya ICT Fixtures, namun perubahan masih memerlukan uji update.

Sedangkan kotak putih sudah berlaku di unit, integrasi dan sistem tingkat dari software pengujian proses, hal ini biasanya diterapkan pada unit. Meskipun biasanya jalur tes dalam unit, dapat juga menguji jalur antara unit selama integrasi, dan antara subsystems selama tingkat sistem ujian. Walaupun ini metode pengujian desain yang dapat membuka banyak jumlah uji kasus, mungkin tidak mendeteksiunimplemented bagian persyaratan spesifikasi atau hilang, tapi satu dapat yakin bahwa semua jalan melalui ujian objek dijalankan.



Khas putih kotak uji desain teknik meliputi:

  • Aliran data pengujian

  • Cabang Ujian


Software Ujian - Strategi Pengujian White Box

Pengantar White Box Ujian Strategi dan berbagai jenis tes yang di bawah kotak putih uji strategi.

Apa yang dimaksud dengan Strategi Pengujian White Box?
Kotak putih uji strategi berkaitan dengan logika internal dan struktur kode. Putih kotak pengujian disebut juga sebagai kaca, struktural, buka kotak atau kotak pengujian jelas. Ujian tertulis berdasarkan pengujian kotak putih menggabungkan strategi jangkauan kode tertulis, cabang, jalan, pernyataan dan logika internal dari kode dll

Dalam rangka untuk melaksanakan uji kotak putih, yang telah tester untuk menangani kode dan oleh karena itu diperlukan untuk memiliki pengetahuan tentang coding dan logika yakni internal bekerja pada kode. Putih kotak tes juga memerlukan tester untuk melihat kode dan mengetahui unit / pernyataan / cuil dari kode malfunctioning.

Kelebihan dari kotak White pengujian adalah:
Sebagai pengetahuan tentang struktur internal coding adalah prasyarat, menjadi sangat mudah untuk mengetahui jenis input / data yang dapat membantu dalam pengujian aplikasi efektif.
keuntungan lainnya putih kotak pengujian adalah membantu mengoptimalkan kode
Penyalahgunaan membantu mengeluarkan ekstra baris kode, yang bisa membawa cacat tersembunyi.

Kekurangan putih kotak pengujian adalah:
Sebagai pengetahuan kode dan struktur internal merupakan prasyarat, terampil tester yang diperlukan untuk melaksanakan jenis pengujian yang akan meningkatkan biaya.
Dan itu hampir mustahil untuk melihat setiap bit kode untuk mengetahui kesalahan tersembunyi, yang mungkin membuat masalah, sehingga kegagalan aplikasi.

Jenis pengujian dibawah Putih / Kaca Kotak Ujian Strategi:

Unit Ujian:
Pengembang melaksanakan unit pengujian untuk memeriksa apakah modul tertentu atau kode unit bekerja dengan baik. Unit Ujian datang pada tingkat yang sangat dasar seperti yang dilakukan sebagai dan ketika unit kode dikembangkan atau fungsi tertentu dibangun.

Statis dan dinamis Analisis:
Melibatkan analisis statik melalui kode untuk mengetahui segala kemungkinan cacat dalam kode. Dynamic analysis involves executing the code and analyzing the output. Analisis dinamis melibatkan melaksanakan kode dan menganalisis hasilnya.

Pernyataan Cakupan:
Dalam hal ini jenis pengujian kode dijalankan dengan cara bahwa setiap pernyataan dari aplikasi dijalankan minimal sekali. Membantu dalam memastikan bahwa semua pernyataan dijalankan tanpa efek samping.

Cakupan cabang:
Tidak ada perangkat lunak aplikasi dapat ditulis dalam sebuah cara coding, di beberapa titik kita perlu mengetahui kode cabang untuk melakukan fungsi tertentu. Cabang cakupan pengujian membantu memvalidasi semua cabang di kode dan memastikan bahwa tidak ada mengarah ke percabangan abnormal perilaku aplikasi.


Ujian keamanan:
Pengujian keamanan dilakukan untuk mengetahui seberapa baik sistem dapat melindungi diri dari akses yang tidak sah, hacking - cracking, setiap kode kerusakan dll yang berkaitan dengan kode aplikasi. Jenis pengujian kebutuhan pengujian teknik canggih.

Mutasi Ujian:
Jenis pengujian di mana, aplikasi yang diuji untuk kode yang telah dimodifikasi setelah pemasangan tertentu bug / cacat. It also helps in finding out which code and which strategy of coding can help in developing the functionality effectively. Hal ini juga membantu dalam mencari kode yang keluar dan coding dari strategi yang dapat membantu dalam mengembangkan fungsi secara efektif.

Selain semua jenis tes yang diberikan di atas, ada beberapa jenis yang lebih baik jatuh di bawah kotak hitam dan putih kotak pengujian strategi seperti: Fungsional pengujian (yang berkaitan dengan kode untuk periksa fungsional kinerja), integrasi incremental pengujian (yang berkaitan dengan pengujian yang baru ditambahkan dalam kode aplikasi), Performance and Load pengujian (yang membantu dalam mencari tahu bagaimana kode tertentu yang mengelola sumber daya dan memberikan kinerja dll)




Perkembangan E-Commerce

Perkembangan E-Commerce

E-Commerce termasuk salah satu istilah pada ” perdagangan elektronik’ yang berubah sejalan dengan waktu. Awalnya, perdagangan elektronik merupakan aktivitas perdagangan yang memanfaatkan transaksi komersial, misalnya mengirim dokumen komersial seperti pesanan pembelian secara elektronik.

Kemudian berkembang menjadi suatu aktivitas yang mempunya istilah yang lebih tepat yaitu “perdagangan web” (pembelian barang dan jasa melalui World Wide Web). Pada awalnya ketika web mulai terkenal di masyarakat pada 1994, banyak jurnalis memperkirakan bahwa e-commerce akan menjadi sebuah sektor ekonomi baru. Sehingga Antara pada era 1998 dan 2000 banyak bisnis di AS dan Eropa mengembangkan situs web perdagangan ini.

E-com, atau Electronic Commerce merupakan salah satu teknologi yang berkembang pesat dalam dunia bisnis dan per-internet-an. Penggunaann sistem E-commerce, sebenarnya dapat menguntungkan banyak pihak, baik pihak konsumen, maupun pihak produsen dan penjual (retailer). Misalnya bagi pihak konsumen, menggunakan E-Commerce dapat membuat waktu berbelanja menjadi singkat. Selain itu, harga barang-barang yang dijual melalui E-Commerce biasanya lebih murah dibandingkan dengan harga di toko, karena jalur distribusi dari produsen barang ke pihak penjual lebih singkat dibandingkan dengan toko konvensional.

I. E-Commerce : aspek pendukung, komponen dan lingkungannya.

1. Aspek pendukung E-Commerce.

Guna menjalankan bisnis elektronis, dibutuhkan aspek-aspek pendukung yang tidak persis sama dengan bisnis yang konvensional, olehkarena pembeli tidak secara langsung berinteraksi dengan penjual. Beberapa aspek yang penting untuk diperhatikan adalah:

a. Aspek Hukum (Legal) : Hukum yang mengatur proses bisnis pada E-Commerce untuk melindungi hak pembeli dan perusahaan penjual, misalnya untuk menyatakan bahwa suatu transaksi dinyatakan sah atau tidak
b. Aspek Etika Bisnis Elektronis : Kode etik yang harus dita’ati oleh perusahaan dalam kaitan dengan hubungan antar perusahaan elektronis ataupun antara perusahaan dengan pelanggan (misalnya tentang kerahasiaan identitas pelanggan).
c. Aspek Teknologi : yang berkaitan dengan teknologi pendukung E-Commerce, baik perangkat keras (hardware), maupun perangkat lunak (software) yang handal (reliable) dan aman (secure).
d. Aspek Ekonomi Global, untuk digunakan sebagai landasan yang berlaku universal di semua negara bagi para pelaku E-Commerce.

Keseluruhan aspek tersebut perlu dikaji secara mendalam dan dipersiapkan dengan baik untuk mendukung perkembangan E-Commerce.

3.2 Komponen E-Commerce

Ditinjau dari sisi Teknologi Informasi, kegiatan E-Commerce harus didukung oleh komponen-komponen perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang membangun :

  1. Situs WEB : merupakan sebuah sistem komputer yang bertindak sebagai server bagi

Transaksi bisnis dan dilengkapi sistem basis data untuk Datawarehouse.

b. Jaringan komunikasi data (jaringan komputer) : sebagai media lalulintas data antara client (pembeli) dan server (situs WEB).
c. Protokol komunikasi data : berupa kumpulan aturan komunikasi data yang mengendalikan pertukaran (pengiriman/penerimaan) data.

d. Antarmuka pemakai (user interface) : pada sisi pengguna, sistem komputer client harus dilengkapi dengan perangkat lunak browser untuk mengakses data/informasi
yang ada pada sistus WEB (misal : Explorer, Netscape, …). Disamping komponen tersebut, tentu harus ada komponen lain yang mendukung dan mengendalikan kegiatan perdagangan, yakni :

- Manajemen perusahaan,
- Sistem pergudangan (product warehouse),
- Sistem distribusi barang, dan sebagainya.

2. Lingkungan E-Commerce.

Kegiatan E-Commerce membutuhkan dukungan lingkungan di luar perusahaan, baik untuk transaksi keuangan maupun untuk pengiriman barang. Seperti yang telah disinggung di atas, pembayaran dilakukan secara elektronis menggunakan jasa perbankan atau institusi finansial lainnya. Sedangkan pengiriman barang melibatkan perusahaan ekspedisi barang (freight forwarder) yang memiliki jaringan luas atau jasa pos.

Dalam hal transaksi keuangan untuk pembayaran harga barang yang dibeli, perusahaan elektronis harus menggunakan jasa jaringan perbankan internasional, dimana pembayaran dilakukan dengan satu jenis mata uang yang disepakati sebagai alat pembayaran yang sah (dalam US$ misalnya). Prosedur pembayaran tersebut tentu harus mengikuti aturan yang berlaku dalam sistem Perbankan Internasional.

Pengiriman barang dari gudang perusahaan ke tangan pembeli bukan suatu hal yang sederhana, karena pengiriman lintas negara harus mengikuti aturan bea-cukai di negara pengirim maupun penerima. Olehsebab itu jasa pengiriman barang ini menjadi sangat vital, karena membutuhkan jasa pengiriman yang cepat dan aman

Di Indonesia, sistem E-commerce ini kurang populer, karena banyak pengguna internet yang masih meragukan keamanan sistem ini, dan kurangnya pengetahuan mereka mengenai apa itu E-Commerce yang sebenarnya. Sehingga sampai saat ini, web resmi yang telah menyelenggarakan e-commerce di Indonesia adalah RisTI Shop. Risti, yaitu Divisi Riset dan Teknologi Informasi milik PT. Telkom, menyediakan layanan e-commerce untuk penyediaan informasi produk peralatan telekomunikasi dan non-telekomunikasi. Web ini juga telah mendukung proses transaksi secara online.

Selain RisTI, tampaknya belum ada web lain yang menyelenggarakan E-commerce di Indonesia. Padahal, untuk membuat sistem E-commerce, investasi yang dikeluarkan tidak terlalu besar. Selain itu, lingkup pemasaran produknya bisa jauh lebih luas dan biaya penyelenggaraan serta promosi pada E-commerce juga lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya pada sitem toko konvensional.

Perkembangan teknologi informasi menyebabkan terjadinya perubahan kultur kita sehari-hari dewasa ini. Dalam era yang disebut “information age” ini, media elektronik menjadi salah satu media andalan untuk melakukan komunikasi dan bisnis, salah satu cara yang mulai dilirik adalah dengan menggunakan internet. Salah satu bentuk nyata bisnis yang memanfaatkan internet tersebut dinamakan e-commerce, yang merupakan perkembangan dari commerce dengan menggunakan media elektronik yaitu internet. Walaupun masih banyak para pelaku bisnis yang belum mengenal betul tentang internet tersebut tetapi karena desakan bisnis yang semakin mengarah ke media ini, banyak para pelaku bisnis mulai menggunakan ini. Bagi pebisnis yang belum benar-benar

mengerti akan menggunakan jasa outsourcing dalam aktifitas ini. Disini lain, pebisnis yang mulai mengerti atas manfaat dari e-commerce ini mulai membangun sebuah sistem untuk mengimplementasikan sistem ini dalam aktifitas perusahaannya.

Adapun keuntungan utama yang didapat dengan menggunakan teknologi ini adalah open platform yang tidak tergantung kepada satu vendor tertentu, sehingga sistem e-commerce tersebut dapat dikembangkan dengan cepat tanpa terikat dengan satu vendor tertentu. Walapun hingga saat ini belum ada defenisi baku dari e-commerce, beberapa mengatakan bahwa e-commerce adalah website yang digunakan untuk berdagang (semacam storefront), di lain pihak ada menghubungan e-commerce dengan EDI (electronik data interchange) dan seterusnya. Sebagai contoh, berikut ini adalah salah satu definisi dari e-commerce yang mendekati aktifitas dari e-commerce tersebut yang diambil dari sebuah buku Electronic Commerce, A Managerial Prespective (Turban, 2002): “E-commerce is an emerging concept that describes the process of buying, selling, or exchanging products, services, and information via computer networks, including internet.” Sehingga, jika kita lebih mendalami defenisi diatas, dapatlah dikatakan bahwa e-commerce dalam prespektif komunikasi merupakan aktifitas pengiriman atau penjualan produk, service dan informasi atau pembayaran melalui jaringan computer atau internet, sedangkan dalam prespektif proses bisnis adalah suatu sistem yang menggunakan teknologi informasi dalam mewujudkan otomisasi transaksi bisnis dan work flow, dalamperspektif service dikatakan bahwa e-commerce merupakan suatu cara bagi perusahaan, konsumen dan manajemen untuk memangkas biaya yang ada, selama hal itu tetap meningkatkan kualitas dari produk/service dan kecepatan dalam distribusinya sedangkan yang terakhir dalam prespektif online, e-commerce menyediakan kesempatan untuk membeli dan menjual produk/service dan informasi dengan menggunakan internet dan sarana pelayanan online lainnya.

Dengan melihat tujuan-tujuan di atas, dapat disimpulkan bahwa e-commerce merupakan sebuah sistem yang dibangun dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam berbisnis dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas dari produk/service dan informasi serta mengurangi biaya-biaya yang tidak diperlukan sehingga harga dari produk/service dan informasi tersebut dapat ditekan sedemikian rupa tanpa mengurangi dari kualitas yang ada. Jenis-jenis E-Commerce Secara umum aktifitas dari e-commerce mencakup berbagai aktifitas mulai dari direct marketing, search jobs, online banking, banking, e-government, e-purchasing, B2B exchanges, ccommerce, m-commerce, auctions, travel, online publishing dan consumer services. Dalam aplikasinya e-commerce dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu business to business (B2B) dan business to customer (B2C). Dalam perkembangannya B2B lebih pesat dibandingkan B2C. Business to business dalam e-commerce umumnya menggunakan mekanisme EDI (electronic data interchange). Tetapi karena begitu banyaknya standarisasi yang ada, dalam pelaksanaannya menyulitkan antara pebisnis untuk saling berinteraksi sehingga berkembanglah dewasa ini yang dinamakan Extensible Markup Language (XML) yang dikembangkan oleh World Wide Web Consortium (W3C). dalam XML ini tersimpan struktur dan jenis elemen data di dalam dokumennya yang berbentuk tags seperti HTML sehingga sangat efektif digunakan dalam system yang berbeda. Sehingga yang sebelumnya EDI menggunakan jaringan yang sering disebut VAN (value added network) dengan populernya jaringan internet mulai dikenal sebuah system yang disebut EDI over internet dan system lainnya yang sedang berkembang seperti electronic/internet procurement dan ERP (enterprise resource planning).

Secara umum adapun aktifitas dari B2B ini seperti trading partners dan pertukaran data (data exchange) yang dilakukan secara rutin antara pebisnis. Sedangkan dalam business to customer (B2C) umumnya menggunakan internet dengan berbagai model pendekatan seperti electronic shopping mall atau dengan konsep portal. Kedua-duanya menggunakan website sebagai basisnya. Aktifitas electronic shopping mall lebih ke mempromosikan produk dan service yang ada dengan dukungan online catalog dan sebagainya. Adapun contoh dari system ini seperti amazon (http://www.amazon.com) dan netmarket (http://www.netmarket.com). Sedangkan dalam konsep portal lebih ke pelayanan yang lebih kompleks dimana electronic shopping mall juga termasuk didalamnya, dengan tetap berbasis website, di dalam portal ini juga terdapat pelayanan lainnya seperti e-mail, online database, news dan sebagainya. Adapun contoh dari sistem ini seperti netscape home (http://home.netscape.com) dan yahoo(http://www.yahoo.com).





KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN DARI E-COMMERCE

Dalam implementasinya, keuntungan dari e-commerce tidak saja dirasakan oleh para pebisnis tetapi juga dapat dirasakan oleh konsumen, masyarakat luas dan pemerintah. Di bawah ini merupakan gambaran keuntungan dan kekurangan dari e-commerce yang dirangkum dalam tiga bagian, dalam prespektif produsen, konsumen serta masyarakat dan pemerintahan. Adapun keuntungan e-commerce pada produsen adalah:

- Memberikan kesempatan kepada produsen untuk meningkatkan pemasaran produk/servicenya secara global.

- Mengurangi penggunaan paper/kertas di berbagai aktifitas mulai dari tahapan desain, produksi, pengepakan, pengiriman, distribusi hingga marketing.

- Mengurangi waktu delay dari pengiriman dan penyimpanan karena antara sistem produksi, pengepakan, penyimpanan dan distribusi terkoneksi secara online.

- Membantu perusahaan-perusahaan yang memproduksi produk/service yang sangat spesifik yang tidak dapat dipasarkan dalam bisnis secara fisik, karena keterbatasan konsumen, tempat dan biaya promosi yang tinggi.

- Mengurangi waktu dan biaya prosmosi dari produk/service yang dipasarkan karena tersedianya informasi secara menyeluruh di internet sepanjang waktu. Adapun keuntungan e-commerce pada konsumen adalah:

- Memberikan kesempatan konsumen yang berada di belahan dunia manapun untuk dapat menggunakan sebuah produk/service yang dihasilkan dari belahan dunia yang berbeda dan melakukan transaksi dan meraih informasi dari pihak pertama sepanjang tahun.

- Memberikan kesempatan konsumen untuk mendapatkan produk/service terbaik dari berbagai pilihan yang ada karena konsumen mendapat kesempatan untuk memilih berbagai jenis produk/service secara langsung.

- Memberikan kesempatan bagi konsumen yang terpisah tempat tinggalnya dari produsen untuk berinteraksi, berdiskusi dan bertukar pengalaman. Sehingga akan sangat menguntungkan produsen untuk meningkatkan kualitas produk/servicenya sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen. Adapun keuntungan e-commerce pada masyarakat dan pemerintah adalah:

- Semakin banyak manusia yang bekerja dan beraktifitas di rumah dengan menggunakan internet berarti mengurangi perjalanan untuk bekerja, belanja dan aktifitas lainnya, sehingga mengurangi kemacetan jalan dan mereduksi polusi udara.

- Meningkatkan daya beli dan kesempatan masyarakat untuk mendapatkan produksi/service yang terbaik karena perusahaan yang mengeluarkan produk/service dapat menjualnya lebih murah karena biaya produksi yang rendah.

- Mengurangi pengangguran karena masyarakat semakin bergairah untuk berbisnis karena cara kerja yang gampang dan tanpa modal yang besar.

- Meningkatkan daya kreatifitas masyarakat, berbagai jenis produk dapat dipasarkan dengan baik, sehingga akhirnya juga membantu pemerintah untuk menggairahkan perdagangan khususnya usaha kecil menengah. Secara umum, implementasi e-commerce dalam bisnis dapat meningkatkan kualitas dari produk/service serta menurunkan biaya produksi yang akhirnya akan menurunkan harga penjualan. Ketika konsumen dapat memilih produk/service yang terbaik baginya, produsen terus semakin berlomba meningkatkan kualitas dari produk/service yang ada dan terus mencari ide-ide baru yang disukai pasar serta berusaha mengurangi biaya produksi agar tetap mendapatkan harga produk/service yang terjangkau. Jika siklus ini berjalan dengan baik, tingkat produksi dan kualitas akan terus meningkat, ragam dari produk/service akan semakin banyak dan harga akan semakin terjangkau. Selain itu semakin menumbuhkan kreatifitas dan keberanian bagi pemula bisnis untuk memulai usahanya karena setiap orang dapat memulai bisnisnya walau sekecil apapun dan sebegitu spesial produk/service yang dihasilkan.



HAMBATAN DAN PELUANG

Pengimplementasian ecommerce di Indonesia masih harus menempuh jalan yang panjang dan berliku. Berbagai hambatan yang ada dalam pengimplementasiannya dapat berupa teknis dan non-teknis yang kesemua itu membutuhkan kerjasama yang utuh antara pemerintah, pengembang dari e-commerce, pebisnis dan para konsumen pemanfaatnya. Seperti produk-produk teknologi informasi lainnya seperti juga e-government, e-commerce masih membutuhkan waktu yang lama untuk dapat dikenal dan diterima di Indonesia. Berbagai hambatan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

- Dukungan pemerintah. Dukungan pemerintah yang masih belum jelas ditambah dengan belum adanya kebijakankebijakan yang mendukung perkembangan dari e-commerce ini dikeluarkan, belum jelasnya deregulasi dari system teknologi informasi khususnya internet yang merupakan salah satu tulang punggung dari perkembangan e-commerce, perbaikan sistem pabeanan dan deregulasi dalam ekspor impor barang.

- Perkembangan infrastruktur yang lambat. Salah satu hambatan utama adalah masih kurangnya insfrastrukur yang ada dan belum merata kepelosok Indonesia. Dibutuhkan keseriusan pemerintah untuk secara bertahap membangun infrastrukur yang baik dan terprogram sehingga secara bertahap, rakyat Indonesia mulai dapat dikenalkan dengan internet sebagai salah satu hasil dari perkembangan teknologi informasi dengan biaya yang murah dan terjangkau.

- Kurangnya sumber daya manusia. Kurangnya SDM Indonesia yang benar-benar menguasai sistem e-commerce ini secara menyeluruh, yang tidak saja menguasai secara teknis juga non-teknis seperti sistem perbankan, lalu lintas perdagangan hingga sistem hukum yang berlaku. Salah satu alasan yang cukup utama yaitu masih kurangnya ketersediaan informasi, mulai dari buku-buku referensi, jurnal, majalah/tabloid yang membahas tentang e-commerce juga sarana pendidikan, seminar, workshop hingga pusat-pusat pengembangan yang dibangun antara pemerintah, pusat-pusat pendidikan dan tenaga ahli di bidang e-commerce.

- Dukungan dari institusi finansial seperti bank dan asuransi. Belum banyaknya bank yang telah membangun system ’electronic banking’ nya dengan baik, selain itu perbankan Indonesia juga masih sulit untuk melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang lain, apalagi dalam jumlah nilai yang kecil serta belum adanya pihak ketiga sebagai penjamin transaksi secara online yang benar-benar berada di Indonesia.

- Perbaikan sistem perdagangan yang ada. Adanya keseriusan dari pemerintah untuk menderegulasi system perdagangan yang memberi kesempatan luas bagi berkembangnya UKM, sistem jaringan pengiriman yang baik dan aman, tidak adanya gangguan diperjalanan dan di institusi yang berhubungan dengannya seperti pelabuhan, pintu-pintu perbatasan dan international airport. Serta yang paling penting deregulasi di bidang ke pabeanan dan pajak yang mendukung sistem e-commerce ini berkembang. Kesemuanya itu bukanlah penghalang yang menjadi hambatan bagi perkembangan e-commerce di Indonesia, diharapkan sekali hambatan tersebut menjadi poin penting untuk mulai mengembangkan e-commerce di Indonesia. Sedangkan jika kita melihat peluang-peluang yang ada, kesemuanya itu tentunya diharapkan memberikan energi atau semangat khusus bagi semua pihak bahwa sebenarnya ecommerce dapat menjadi solusi baru bagi ketertinggalan kita disemua bidang selama ini, seperti:

- Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan pangsa pasar yang masih dapat banyak digarap

- Kondisi geografis yang sangat mendukung berkembangnya e-commerce, dengan begitu banyaknya pulau-pulau yang tersebar diseluruh nusantara, e-commerce merupakan salah satu jalan terbaik untuk meningkatkan bisnis antar pulau

- Begitu banyaknya bahan alam yang dapat diolah menjadi produk-produk yang bagus dan istimewa

- Begitu banyaknya adat-istiadat dan budaya yang ada, merupakan sumber inspirasi bagi perkembangan usaha kerajinan yang dapat menjadi sumber perdagangan dan komoditi pariwisata jika dikelola dengan baik.

PENUTUP

Semua yang dijabarkan diatas tersebut merupakan gambaran dari e-commerce dan kemungkinannya sebagai alternatif sistem bisnis yang baru di indonesia. Dengan berbagai kendala utama yang masih harus dipecahkan bersama-sama bukan hanya diantara pemerintah, pelaksana dan praktisi e-commerce, pebisnis juga rakyat secara menyeluruh, karena dalam pelaksanaannya e-commerce jika telah didukung dengan prasarana dan sarana yang memadai dapat menjadi alternatif bagi sistem bisnis baru yang sangat sesuai dengan kondisi geografis dari Indonesia, jumlah penduduk Indonesia serta iklim bisnis Indonesia, selain itu e-commerce menjadi salah satu jalan untuk mengembangkan usaha-usaha kecil dan menengah dan menjadi salah satu jalan untuk mengurangi pengangguran yang ada karena sistem implementasinya yang sebenarnya cukup sederhana dan gampang. Semuanya jika tanpa usaha dan kerjasama dari berbagai pihak hanyalah perbuatan yang sia-sia, dengan tekad bersama kita terus mencari jalan untuk mewujudkan apa-apa yang diidam-idamkan oleh bangsa Indonesia selama ini yaitu semakin berkurangnya jumlah pengangguran yang ada, semakin berkembangnya usaha industri kecil dan menengah, meningkatnya pendapatkan dan taraf hidup rakyat serta naiknya tingkat kecerdasan bangsa Indonesia, walaupun e-commerce bukanlah sebuah solusi yang terbaik, diharapkan dengan pengimplementasian e-commerce dengan baik dan benar dapat membantu meringankan dan mengurangi problem serta beban berat yang selama ini yang telah kita hadapi.